WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
DI LAUT OMBAK BERGULUNG DAHSYAT BERPACU MEMECAH MENUJU PANTAI. LANGIT MALAM TAMPAK HITAM DISAPUT AWAN GELAP DAN TEBAL. ANGIN MENDERU KENCANG MENIMBULKAN SUARA ANEH MENGGIDIKKAN.Di daratan Jepara udara malam dingin mencucuk. Kesunyian dipecah oleh suara desau daun-daun pepohonan tertiup angin yang datang dari arah laut. Hujan rintik-rintik mulai turun. Di kejauhan terdengar suara lolong anjing bersahut-sahutan. Malam itu adalah malam Jum'at Keliwon!
Di antara desau angin malam dan gemerisik suara daun-daun pepohonan yang sesekali dirobek oleh lengking lolongan anjing, dari arah timur Jepara terdengar gemeretak suara roda-roda kereta mengiringi derap kaki-kaki kuda yang menariknya.
Dalam kegelapan malam, sebuah kereta, laksana kereta hantu meluncur keluar dari sebuah lembah yang rapat oleh pohon-pohon besar dan semak belukar. Kereta terbuka ini bergerak perlahan tetapi pasti. Sais yang mengendalikan dua ekor kuda penarik kereta agaknya sengaja bergerak lambat perlahan. Orang ini mengenakan ikatan kepala tebal dari kain putih. Baju putihnya yang tidak dikancing tersibak ditiup angin malam, membuat dadanya tersingkap. Tiga deretan angka samar-samar tampak tertera di dada yang penuh otot itu. 212.
Pandangan matanya jarang berkesip. Wajahnya tampak keras menahan gejolak dendam kesumat sakit hati.
Kedua orang tuanya dulu tewas akibat kejahatan manusia-manusia durjana. Kini manusia-manusia seperti itu pula yang menghancurkan kehidupan keluarga paman-nya. Sumiati, saudara sepupunya diculik, diperkosa ber-gantian secara keji dan tidak diketahui berada di m
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #59 : Peti Mati Dari Jepara - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Monday, November 10, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment